Sabtu, 07 April 2012

Resume B.Indonesia Pertemuan 6

KEVARIASIAN

Keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari kevariasiannya. Kevariasiannya secara tidak langsung berdampak pada kesalahan, tetapi lebih berdampak pada ketepatan, gaya atau keindahan. Kevariasian dapat menghindarkan seorang pembaca atau pendengar dari kebosanan. Artinya seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang bervariasi.
Soedjito (1988) membedakan variasi berdasarkan urutan kalimat dan jenis kalimat. Yang dimaksud dengan variasi urutan adalah urutan unsur-unsur fungsi yang berbeda. Berbeda urutan yang dimaksud adalah urutan biasa dan urutan inversi.

A. Kalimat Bervariasi Urutan
Secara umum kebanyakan kalimat dalam bahasa Indonesia berurutan Subjek-Predikat (S-P). Jika ada objek dan keterangan (S-P-O-K). Dengan urutan seperti itu, berarti S terdapat pada awal kalimat, P di belakangnya.
Untuk menhindari kebosanan atau kejenuhan pembaca atau pendengar, pembicara atau penulis yang baik menggunakan urutan yang berbeda dengan urutan S-P-O-K. Urutan yang dipilih diantaranya adalah urutan kalimat yang dimulai dengan menempatkan P atau K pada awal kalimat.
Contohnya:
(1) Pemuda itu bekerja dengan tekun.
S P
(1a) Bekerja dengan tekun pemuda itu.
P S
Kalimat (1) adalah kalimat yang tersusun biasa, yakni S-P. Kalimat (1a) adalah kalimat yang tersusun inversi, yakni P-S. Kalimat yang berstruktur biasa objek kalimat berada pada paling awal. Karena dalam bahasa indonesia lazimnya subjek terdapat pada awal kalimat, tidak terasa adanya penonjolan pada komponen subje. Hal ini berbeda jika yang terdapat pada awal kalimat komponen selain subjek, misalnya kalimat (1a). Komponen yang terdapat pada awal kalimat (1a) terasa lebih menonjol dibandingkan dengan komponen lainnya. Pada kalimat (1a) predikat bekerja dengan tekun terasa lebih ditonjolkan dibandingkan dengan S.

B. Penyusunan Variasi Berdasarkan Urutan
Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan.
1. Keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya.
Keterangan ini bisa ditempatkan di awal, di tengah, atau pada akhir kalimat. Keterangan kalimat adalah komponen kalimat yang biasa diidentifikasi cara mengenai kategorinya. Kategori frase preposisional pada umunya menempatkan fungsi keterangan. Walaupun tidak dapat dipastikan.

Contoh:
1. Ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung kemarin.
S P Kw
2. Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
Pada kalimat (1) dan (2) mendapat keterangan kalimat. Pada kalimat (1) mendapat keterangan waktu kemarin. Keterangan itu bisa ditempatkan di depan S seperti pada kalimat (1a) atau di belakang S sebagaimana tempat pada kalimat (1b).
(1a) Kemarin ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung.
Kw S P
(1b) Ujian skripsi mahasiswa itu kemarin berlangsung.
S K P
Keterangan yang terdapat pada kalimat (2) adalah keterangan tempat (Kt). Antara dua keterangan itu letaknya bisa dipertukarkan. Perhatikan kalimat (2a) dan (2b).
(2a) Tadi pagi adiknya membantu ibu di toko.
Kw S P O Kt
(2b) Di toko adiknya membantu ibu tadi pagi.
Kw S P O Kt
2. Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan
Objek dengan predikat memiliki ikatan yang sangat erat. Oleh karena itu, antara keduanya tidak dapat dipisahkan atau dipindahkan tempatnya. Pemindahan objek harus selalu diikuti dengan pemindahan predikat. Artinya, jika objek akan dipindahkan bagian awal kalimat, tetap harus dibelakang predikat.
Contoh pada kalimat berikut.
(1) Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
(1a) Adiknya ibu membantu di toko tadi pagi.
S O P Kt Kw
(1b) Adiknya membantu di toko ibu tadi pagi.
S P Kt O Kw
(1c) Adiknya membantu di toko tadi pagi ibu?
S P Kt Kw O
3. Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan.
Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang 1 dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan sebab keduanya merupakan paduan unsur yang sangat kuat.
Perhatikan kalimat berikur.
(1) Baju yang bagus itu kami sudah beli untuk ayah.
(1a) Baju yang bagus itu sudah kami beli untuk ayah.
(2) Bunga yang indah-indah itu saya sebaiknya bawa ke rumah temanku.
(2a) Bunga yang indah-indah itu sebaiknya saya bawa ke rumah temanku.
4. Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya).
Diinversikan artinya dibalik strukturnya dari SP menjadi PS, sedangkan diprolepsikan berarti digeser ke depan. Predikat yang berupa kata kerja rangkap artinya predikat yang terdiri atas dua kata, misalnya dapat membaca, pandai berbicara, terampil bekerja.
Contohnya pada kalimat.
(1) Joko dapat membaca puisi.
S P O
Kalimat (1) dapat divariasi menjadi kalimat (1a) dan (1b). Variasi (1a) dilakukan dengan cara menginversikan kalimat (1), sedangkan variasi (1b) dilaksanakan dengan cara menginversikan dan memprolepsiskan kalimat (1). Adapau variaasi (1c) terjadi karena prolepsis.
(1a) Dapat membaca puisi Joko
P O S
(1b) membaca puisi Joko dapat
P O S Modalitas
(1c) Joko membaca puisi dapat
S P P Modalitas
5. Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya
Keterangan subjek (S) adalah keterangan yang menerangkan fungsi subjek. Keterangan ini letaknya harus di belakang subjek; tidak bisa dipindahkan ke depan subjek (S) atau ke belakang predikat (P).

Contoh:
1. Mahasiswi yang berjilbab hijau itu sedang membaca novel di taman.
S Ket. S P O K. T
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. S ke bagian akhir kalimat (1a) atau pun ke depan subjek (1b).
(1a) Mahasiswi sedang membaca novel di taman yang berjilbab hijau itu.
(1b) Yang berjilbab hijau itu mahasiswi sedang membaca novel di taman
6. Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya
Objek (O) adalah salah satu fungsi yang terdapat pada kalimat aktif transitif yang letaknya yang letaknya di belakang verba aktif transitif. Verba aktif transitif adalah verba yang berimbuhan meN-. Keterangan O adalah bagian kalimat yang menjelaskan atau menerangkan unsur O. Keterangan O terletak di belakang O dan tidak boleh dipindahkan tempatnya, baik ke depan O, P, maupun ke depan S.
Contoh:
Polisi sedang menolong orang- orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
S P O Ket. O
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. O ke depan O, P, maupun ke depan S.
Polisi sedang menolong yang mengalami kecelakaan lalu lintas orang- orang.
Polisi yang mengalami kecelakaan lalu lintas sedang menolong orang- orang.
Yang mengalami kecelakaan lulu lintas polisi sedang menolong orang- orang.
 
C. Kalimat Berdasarkan Aktif-pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan MeN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai denagn penggunaan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja, misalnya dibawa, dibeli, tertangkap, terjatuh.
Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimta yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalaimat pasif.

Contoh:
Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik. Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keratonpada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa. Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup ynag berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan. Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut (Hoed, dalam Markhamah, 2008: 80)
Wacana di atas terdiri atas lima kalimat. Kalimat-kalimat yang dimaksud adalah kalimat (1) – (5).
(1) Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik.
(2) Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keraton pada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
(3) Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup yang berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
(4) Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami.
(5) Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut.
Pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Hal ini dapat dilihat pada kaliamt (1) – (5) yang sebagian besar diisi oleh kalimat aktif. Kalimat (2), kalimat intinya kalimat nomina, namun di dalamnya terdapat klausa-klausa pengisi objek yang berupa klausa aktif, yakni sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
Kalimat yang di dalamnya terdapat klausa pasif adalah kalimat (3). Klausa pasifnya adalah ada juga tembang yang digubah denagn menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
Kalimat (4) terdiri atas dua klausa pertama Tembang yang banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, dan klausa kedua sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Klausa pertama termasuk klausa aktif karena predikatnya berupa verba aktif, yakni banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi. Sementara itu klausa kedua termasuk klusa adjektival karena predikatnay diisi oleh frasa adjektiva. Walaupun pada klausa kedua terdapat verba pasif, yakni dipahami, namun verba tersebut tidak berkedudukan sebagai predikat.
Walaupun hanya sebagian kecil, pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Variasi demikian akan mengurangi kelelahan pembaca/ mengurangi kejenuhan pembaca. Pembaca akan merasa lebih enak membaca tes yang bervariasi daripada teks yang monoton.
 
Sumber : http://nengofie.blogspot.com/2011/11/variasi-kalimat-berdasarkan-urutan-dan.html

Resume B.Indonesia Pertemuan 4 & 5

KALIMAT EFEKTIF 1 & 2

• Kalimat efektif ialah kalimat yang benar, jelas, dan mempunyai makna yang mudah dipahami oleh pembaca secara tepat.
 Ciri-ciri kalimat efektif:
1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA
• Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
• Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
• Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.
• Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.

BEBERAPA CIRI KESEPADANAN
• Mempunyai struktur jelas.
• Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
• Tidak terdapat subjek ganda.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan
• Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.
• Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat
Mestinya…
• Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
• Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.


2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK
• Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
• Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
• Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh Kepararelan:
1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar

3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
• Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
• Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
ô€‚„ Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
ô€‚„ Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
– Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
– Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
– Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
– Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
– Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
– Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah

4. KEHEMATAN KATA
ô€‚„ Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi  kata menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
􀂄 Menghilangkan pengulangan subyek
􀂄 Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
􀂄 Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
􀂄 Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
  1. Contoh Menghilangkan pengulangan subyek
􀂄 Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya menggilangkan kata ia
  1. Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
􀂄 Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah
Mestinya menggilangkan kata warna
  1. Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
􀂄 Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya menggilangkan kata ke atas
Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
􀂄 Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

5.KESATUAN GAGASAN
􀂄 Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
􀂄 Contoh:
􀂄 Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

6.KELOGISAN
􀂄 Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
􀂄 Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
􀂄 Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
􀂄 Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.

Sumber : suhandiah.ppt.bahasa indonesia

Resume B.Indonesia Pertemuan 3

SPOK (Struktur Kalimat)

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.

TATA KALIMAT
A. Frase
     Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya prase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
laki bini belajar atau bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata
nominal
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan
kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan
predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat

C. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-PS-P-OS-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. tidak memiliki subjek
contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
.
D. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjungsi antarklausa
    a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
    b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
  • Ciri-Ciri Subjek
    • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
      Contoh :
    • Juanda memelihara binatang langka
      Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan memelihara adalah ) Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
    • Meja itu dibeli oleh paman.
      Apa dibeli ? = jawab Meja
      Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
      Contoh : Anak itu mengambil bukuku
      S P
  • Ciri-Ciri Predikat
    • Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
    • Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
    • Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
    • Kata Adalah atau Ialah
    • Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama   digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
    • Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
    • Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
  • Ciri-Ciri Objek
    • Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
    • Langsung di Belakang Predikat
    • Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
    • Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
    • Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
    • Didahului kata Bahwa
    • Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
  • Ciri-Ciri Pelengkap
    • Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
    • Di Belakang Predikat
    • Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
      a) Diah mengirimi saya buku baru.
      b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
    • Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
    • Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
      Contoh :
      a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
      Kata parang adalah pelengkap.
      Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
      b. Budi membaca buku.
      Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat menempati Subyek)
  • Ciri-Ciri Keterangan
    • Ciri keterangan adalah dapat dipindah – pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
    • Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
      S P O K
    • Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
    • Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
    • Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
Sumber :
  • http://sitompulke17.wordpress.com/2009/11/03/struktur-kalimat-bahasa-indonesia/

Resume B.Indonesia Pertemuan 2

TATA EJAAN DAN PILIHAN KATA

Ejaan : Seperangkat aturan/kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa
Mengeja : kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata.

SEJARAH EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA
1. Ejaan Van Ophuijsen à(1901 – 1947)  = Seorang guru besar Belanda & pemerhati bahasa Indonesia
2.Ejaan Republik (ejaan Suwandi) à (1947 – 1972) = Menteri PP dan K RI saat itu
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) à 16 Agt. 1972 – sekarang)

PENULISAN UNSUR SERAPAN
* Unsur serapan diambil dari bahasa daerah dan bahasa asing
*  Berdasar integritasnya, unsur serapan dibagi menjadi:
a. Belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia, pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Misal: reshuffle, shuttle cock
b. Pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
Misal:
haemoglobin menjadi hemoglobin
authentic menjadi autentik
colonel menjadi kolonel
central menjadi sentral
technique menjadi teknik


PILIHAN KATA/DIKSI
DIKSI
􀂄 Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus memperhitungkan ketepatan dan kesesuaiannya.
􀂄 Tepatà makna, logika, maksud
􀂄 Sesuaià konteks social
Fungsi Diksi
􀂄 Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
􀂄 Membentuk gaya ekspresi yang tepat sehingga dapat diterima dengan tepat oleh pembaca.

MAKNA DENOTATIF & KONOTATIF
ô€‚„ Makna Denotatif :
Kata yang rujukannya tunggal atau makna kata yang sebenarnya, makna yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk memberikan makna tambahan.
Contoh:
Wajahnya cantikà menunjukkan paras/rupa Adik menggambar segitigaà menunjukkan bentuk segitiga
ô€‚„ Makna Konotatif
Makna yang mengandung asosiasi-asosiasi tambahan, makna yang tidak sebenarnya
Contoh :
Makna Denotatif & Konotatif
- Gol yang cantikà bola yang menggelinding dan sangat susah untuk ditebak oleh kiper

KATA UMUM & KHUSUS
􀂄 Kata umum/subordinat : acuannya lebih luas
Contoh : Ikan 􀃆 bermacam-macam jenis ikan
􀂄 Kata khusus/hiponim : acuannya lebih khusus
Contoh : lele, tuna􀃆 nama jenis ikan
􀂄 Semakin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, makin
terbuka kemungkinan salah dalam pemaknaannya.
􀂄 Mis: berjalan pelan, lebih umum dibanding berjalan perlahan-lahan

Kata Konkret & Abstrak
􀂄 Kata konkret : kata yang mudah diserap pancaindra
Contoh: meja, rumah, air, cantik, hangat, wangi, suara
􀂄 Kata Abstrak: Tidak mudah diserap pancaindra
Contoh: keinginan, angan-angan, perdamaian, kebahagiaan

Kata Penghubung Berpasangan
ô€‚„ Jarak antara Surabaya dengan Sidoarjo hanya 27 km.
ô€‚„ Ia tidak memerlukan hadiah uang, melainkan barang
ô€‚„ Baik anak ataupun cucu semua datang di pesta itu.
ô€‚„ Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka
ô€‚„ antara …. dan 
ô€‚„ tidak …, tetapi 
ô€‚„ baik ….maupun …..
ô€‚„ bukan …, melainkan …..

Sumber : suhandiah.ppt.bahasa indonesia

Resume B.Indonesia Pertemuan 1


KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA
Dua cara berkomunikasi :
     1.       Secara verbal
Dilakukan menggunakan alat/media bahasa lisan & tulis. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal antar lain kejelasan, nada bicara, volume, speed, pace, dan sebagainya. Jadi, komunikasi verbal bukan semata soal “apa” (what) yang kita katakan, tapi lebih dari itu juga soal “bagaimana” (how) kita mengatakannya.

     2.     Secara nonverbal
sebuah proses interaksi sosial antara dua atau lebih individu yang mencoba saling mempengaruhi dalam hal ide, sikap, pengetahuan, dan tingkah laku. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Fungsi Bahasa
  •      Berkomunikasi
Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama  bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.
  • ·        Mengekspresikan diri
Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
- Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita
- Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
  • ·        Berintegrasi & beradaptasi sosial
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
  • ·        Kontrol sosial
Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat.

Ragam Bahasa
·        Yaitu variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan.
·        Macam-macam ragam bahasa :
o  Ragam baku, adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik.
o   Ragam cakapan, adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
o   Ragam hormat, adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
o   Ragam kasar, adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
o   Ragam lisan, adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
o   Ragam resmi, adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
o   Ragam tulis, adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
o   Ragam bahasa pada bidang tertentu, seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
o   Ragam bahasa perorangan atau idiolek, seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
o   Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek, seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
o   Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial, seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
·   Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :
o   Berdasarkan pokok pembicaraan :
§  Ragam bahasa undang-undang
§  Ragam bahasa jurnalistik
§  Ragam bahasa ilmiah
§  Ragam bahasa sastra
o   Berdasarkan media pengantarnya
§  Ragam Lisan
§  Ragam tulis
o   Berdasarkan situasi pemakaiannya
§  Ragam formal
§  Ragam semiformal
§  Ragam nonformal
·        Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
o   Faktor Budaya atau letak Geografis
o   Faktor Ilmu pengetahuan
o   Faktor Sejarah

Laras Bahasa
·        Bahasa yang digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu.
·        Berdasarkan menurut derajat keformalannya
o   beku (frozen)
o   resmi (formal)
o   konsultatif (consultative)
o   santai (casual)
o   akrab (intimate).
·        Macam-macam laras bahasa :
o   Laras ilmiah
o   Laras sastra (puisi, cerpen, novel, dll)
o   Laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll)
o   Laras hukum
o   Laras kedokteran

Ciri Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah
  1. Jelas dan Lugas, Bahasa ilmu pengatahuan dan teknologi mempersyaratkan pengungkapan  yang lugas dan jelas.  Hal itu dapat direalisasikan jika setiap gagasan diungkapkan secara langsung. 
  2. Formal, Penggunaan bahasa dalam karangan ilmiah merupakan komunikasi formal. Oleh karena itu, unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi.
  3. Ringkas, Ciri ringkas dalam penulisan  karya ilmiah direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan.
  4.  Konsisten, Unsur-unsur bahasa, ejaan, dan tanda baca dalam penulisan karya ilmiah digunakan secara konsisten.
  5. Objektif, Bahasa dalam penulisan karya ilmiah merupakan alat pengungkap gagasan yang objektif.
  6.  Lengkap, Bahasa ilmu pengatahuan dan teknologi tidak membiarkan pembaca bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan.
  7.  Sederhana, Bahasa ilmu pengetahuan dan teknollogi ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak berbelit-belit.
  8. Mengandung kesatuan dan keutuhan, yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara bagian-bagian karangan , sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis itu tetap tampak.
  9. Keruntunan, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya tulis.
  10. Menggunakan istilah teknis, Bahasa karya ilmiah digunakan dalam wacana teknis. Wacana teknis itu digunakan dalam bidang keilmuan tertentu. Dalam bidang keuangan, misalnya, debitur, kreditur, suku bunga, dan sebagainya. Dalam bidang medis dijumpai istilah-istilah sesar, urine, katarak, asma, ovum, dan sebagainya.

Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
  • Adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami dan sesuai dengan situasi pemakainya serta tidak menyimpang dari kaidah yang telah dibakukan.
·        Contoh Bahasa Indonesia yang baik dan benar :
1. Dosen memberi tahu info kepada mahasiswa
2. Paman mengendarai mobil kesayangannya
3. Adik ke sekolah menggunakan sepeda
4. Ari menjatuhkan sesuatu ke tempat sampah
5. Ibu berangkat ke Bandung


    Sumber :
  •      http://vhi3y4.wordpress.com/2010/02/27/contoh-menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar/
  •      http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
  •      http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2217598-fungsi-bahasa/