Rabu, 05 Desember 2012

Tugas Kuliah Kelompok Pemrograman Basis Data II

Nim                            : - 10390100050
                                    - 10390100054
Nama
                        : - Riko Dwi Christian
                                    - Adam Bagus Pujianto
Email                          : chico.christian@ymail.com & adambaguspujianto@yahoo.com   
HP                             : 083849827858/085748222233
Tugas Mata Kuliah
     : Pemrograman Basis Data II
Materi Konsultasi       : Soal Driling Oracle ISO - 144     
Tugas Minggu ke        : Minggu ke11
Nama Dosen              : Titik Lusiani, M.Kom., OCA
Blog Dosen                : http://blog.stikom.edu/lusiani
Ini link document resume PBD II dari kelompok kami bu --> klik disini
TERIMA KASIH   ヽ(^_^ ) ( ^_^) /

Rabu, 26 September 2012

Resume Tugas Kuliah Kelompok Pemrograman Basis Data II

Nim                            : - 10390100050
                                    - 10390100054
Nama
                        : - Riko Dwi Christian
                                    - Adam Bagus Pujianto
Email                          : chico.christian@ymail.com & adambaguspujianto@yahoo.com   
HP                             : 083849827858/085748222233
Tugas Mata Kuliah
     : Pemrograman Basis Data II
Materi Konsultasi       : Practice 1     
Tugas Minggu ke        : Minggu ke 3
Nama Dosen              : Titik Lusiani, M.Kom., OCA
Blog Dosen                : http://blog.stikom.edu/lusiani

Ini link document resume PBD II dari kelompok kami bu --> klik disini OR disini

TERIMA KASIH   ヽ(^_^ ) ( ^_^) /

Rabu, 13 Juni 2012

Resume B.Indonesia Pertemuan 11

***Penulisan Karangan Ilmiah***

Pertemuan 11

Macam Karangan :
► Karangan non ilmiah : karangan yang tidak terikat pada karangan baku. Misal: anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama
► Karangan semi ilmiah atau ilmiah populer: karakteristiknya berada di antara ilmiah dan non-ilmiah. Misal: artikel, editorial, opini, reportase
► Karangan ilmiah: memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Misal: makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.

 Karangan Ilmiah :
►Karangan ilmiah adalah karya tulis yang didalamnya berisi gagasan ilmiah, disusun dengan menggunakan bahasa ilmiah, berdasarkan hasil penyelidikan/fakta-fakta ilmiah, dapat dibuktikan secara empiris, dan ditulis dengan teknik penulisan ilmiah.
►Penyusunan dan penyajian karya didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan.

Manfaat Penyusunan Karangan Ilmiah :
►Penulis akan terlatih mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif.
►Penulis akan terlatih mengembangkan hasil bacaan dari berbagai sumber bacaan.
►Penulis akan dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengorganisasikan fakta secara jelas dan sistematis.
►Penulis akan memperoleh kepuasan intelektual
►Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri Karangan Ilmiah :
►Menyajikan fakta obyektif
►Penulisan cermat
►Tidak mengejar keuntungan pribadi
►Sistematis
►Tidak emotif
►Selalu didukung oleh data
►Memuat kebenaran
►Tidak melebih-lebihkan sesuatu


Penulisan Dalam Karangan Ilmiah

Penulisan dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek/matra. Kelima aspek tersebut adalah:

a. Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.

b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.
Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah

c. Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.

d. Aspek teknik penyusunan
yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.

e. Aspek bahasa
yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sebisa mungkin menghindari kata ganti diri (saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari kalimat-kalimat dengan klausa-klausa yang panjang.

Cendikia :
►Kecermatan pemilihan kata/diksi
►Contoh:
Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya Barat yang masuk ke Indonesia.


Lugas :
►Diungkapkan secara langsung
►Contoh:
    - Para pendidik yang kadang kala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.


Jelas, Bertolak dari Gagasan, Formal :
►Jelas : Tidak menggunakan kalimat yang bertele-tele
►Bertolak dari Gagasan: tidak melenceng
►Formal :
    - Adanya kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat).
    - Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Obyektif, Konsisten :
►Obyektif : Tidak emosional dan memihak
►Konsisten: penggunaan istilah dan penyebutan

Sumber :
* http://ary-education.blogspot.com/2008/06/penulisan-karangan-ilmiah.html
* Slide Materi Pert-11 Bu.Diah ..

Resume B.Indonesia Pertemuan 12 & 13

PENULISAN KARYA ILMIAH
(Kutipan, Catatan Kaki, Daftar Pustaka)

Pertemuan 12 & 13

  • KUTIPAN
Kutipan adalah pengambil alihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argument dalam tulisan itu sendiri.

Kutipan sering kita pakai dalam penulisan karya ilmiah.Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum menjadi pengetahuan umum, hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum. Jadi, pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan.

Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip, dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut. Cara penyebutan kutipan ada 2 cara, yaitu system catatan kaki dan sistem catatan langsung ( catatan perut ). Kita harus memilih salah satu dan harus konsisten.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip:

* Penulisan nama pengarang menggunakan nama akhir disertai tahun.
* Jika pengarangnya dua orang, ditulis nama akhir kedua pengarang tersebut.
* Jika pengarangnya lebih dari 2 orang, tuliskan nama akhir pengarang pertama diikuti dkk.
* Jika nama pengarangnya tidak ada, yang dicantumkan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan atau nama koran.
* Untuk karya terjemahan, nama pengarang yang dituliskan adalah nama pengarang asli.

Mengutip dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh pengarang berbeda, dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.

JENIS KUTIPAN

A. Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Cara penulisannya sebagai berikut :

1.) Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan kedalam teks,

* Diketik seperti ketikan teks
* Diawali dan diakhiri dengan tanda (“)
* Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.

2.) Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih,

* Diketik satu spasi
* Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
* sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.

B. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Adapun cara penulisannya sebagai berikut :

* Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana dengan teks biasa
* Semua kutipan harus dirujuk
* sumber-sumber rujukan harus ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan.
  • CATATAN KAKI
Catatan kaki (footnote) adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

A. Fungsi catatan kaki

Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan karya orang lain.

B. Pemakaian

Catatan kaki dipergunakan sebagai :
  • Pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam reks atau sebagai petunjuk sumber
  • Tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan di dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula
  • Referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan;
  • Tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
C.
Penomoran

Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggurakan angka Arab (1, 2 dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak ke atas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor itu dapat berurut untuk setiap halaman, setiap bab, atau seluruh tulisan.

D. Penempatan

Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan ( catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks.

E. Unsur-unsur Catatan Kaki

Untuk Buku

1) Nama pengarang (editor, penterjemah), ditulis dalam urutan biasa, diikuti koma (.).

2) Judul buku, ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata-kata tugas), digarisbawahi.

3) Nama atau nomor seri, kalau ada.

4) Data publikasi :
  • Jumlah jilid, kalau ada
  • Kota penerbitan, diikuti titik dua ditulis
  • Nama penerbit, diikuti koma di antara.
  • Tahun penerbitan. tanda kurung
5) Nomor jilid kalau perlu.

6) Nomor halaman diikuti titik (.)

Untuk Artikel dalm Majalah/Berkala

1) Nama pengarang.
2) Judul artikel, di antara tanda kutip (“…”).
3) Nama majalah, digarisbawahi.
4) Nomor majalah jika ada.
5) Tanggal penerbitan.
6) Nomor halaman.

Perlu diketahui bahwa banyak cara yang teiah diterapkan sehubungan dengan pemakaian dan penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar kepustakaan. Dalam pelaksanaannya mungkin setiap instansi / perguruan tinggi menerapkan aturan-aturan yang berbeda-beda dalam penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar kepustakaan, namun ketiga hal yang telah dijelaskan di atas memiliki fungsi, yakni :
  • Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri tapi juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
  • Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
  • Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
  • Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.
  • Menjaga etika penulisan karya ilmiah dimana setiap karya orang lain patut diberikan penghargaan tersendiri.
  • DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis. Walija (1996:149) mengatakan bahwa daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada daftar pustaka tiada nomor halaman.

Unsur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:

A. Buku sebagai Bahan Referensi
  1. Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
  2. Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh penulis yang sama.
  3. Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.
  4. Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.
  5. DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi paling atas pada halaman yang terpisah.
Contoh penulisan daftar pustaka buku sebagai referensi:

Ismail, Taufiq. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda.
Mulya, Hamdani. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Lhokseumawe: STAIN Malikussaleh.

Namun, jika bahan rujukan atau acuan dalam daftar pustaka yang bersumber dari internet ditulis sesuai dengan aturannya tersendiri berdasarkan pendapat Alamsyah (2008:119) sebagai berikut:

B.Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis di tulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul karya (dicetak miring) dengan diberikan keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung.

Contoh:
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No 4, (http://www.bekasi.ac.id, diakses 20 Januari 2000).

C.Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada) disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).

Contoh: 1
Davis, A. (a.davis @uwt.ary.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tolls. Email kepada Alison Hunter (hunter @usq.ed.au).

Contoh: 2
Aryadi, Wahyu. (mimpi @yahoo.com). 15 Oktober 2009. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Email kepada Redaktur Majalah (redaksi @gmail.com).
 
Sumber :
* http://aviscena-ary.blogspot.com/2010/11/kutipan-catatan-kaki-dan-daftar-pustaka.html

Resume B.Indonesia Pertemuan 10

***Tema, Topik, Judul Tulisan Dan Kerangka Karangan***

Pertemuan 10

Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.

Tema
Pengertian :
  • merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan.
  • Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Syarat Tema yang Baik :
1. Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.

Judul
Pengertian  Judul :
  • Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi).
  • Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
  • Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan.
  • Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
Syarat-syarat pembuatan judul :
1. Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.

Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan
bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap
menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

Fungsi Judul :

1. Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
2. Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk
membacanya atau untuk mempelajari isinya.
3. Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang
lingkupnya.
4. Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujunnya.

Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan
1. Tema → tithenai (Yunani) : menempatkan/meletakkan, suatu amanat utama yang disampaikan penulis melalui karangannya
Topik→ topoi (Yunani) : tempat, pokok pembicaraan
2. Topik : Umum, Belum menggambarkan sudut pandang penulis.
Judul:Spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan terarah. Pembuatan judul berawal dari topik.

Persamaan Topik dan Judul
Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan.
Syarat judul karangan:
  • Singkat dan padat
  • Menarik perhatian
  • Mengambarkan inti pembahas
  • Atraktif, bombastis, dan menarik perhatian (berita dan iklan).
Kerangka Karangan
• Merupakan rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
• Berfungsi untuk mengarahkan.
• Dibentuk dengan menggunakan sistem tanda atau kode tertentu.
• Macam kerangka karangan :
   – Kerangka topik
   – Kerangka kalimat


Sumber :
* http://pyia.wordpress.com/2010/11/06/tematopikjudul-dalam-bahasa-indonesia/

* http://id.wikipedia.org/wiki/Topik
* Slide Materi Pert-10 Bu.Diah ..

Selasa, 12 Juni 2012

Resume B.Indonesia Pertemuan 9

***PENGEMBANGAN ALINEA***

Pertemuan 9

Berbagai Macam Pengembangan Alinea :
►Metode Definisi
►Metode Proses
►Metode Contoh
►Metode Sebab-akibat/ akibat-sebab
►Metode Umum-khusus/ khusus-umum
►Metode Klasifikasi
►Metode Perbandingan

Metode Definisi :
Apa dan siapakah pahlawan itu? Pahlawan adalah orang yang berpahala. Mereka yang berbuat baik, melaksanakan kewajiban dengan baik, berjuang tanpa pamrih adalah pahlawan. Pahlawan tidak menuntut balas jasa, tidak ingin dihargai, tidak meminta pengakuan dari orang lain. Mereka berbuat berdasarkan idealisme, citacita luhur, berjuang untuk kepentingan umum, membela nusa, bangsa dan negara. Pahlawan
sejati adalah pahlawan yang tidak ingin disanjung dan dijunjung.

Metode Proses :
Cara pertama untuk membuat semen melalui proses basah yaitu dimulai dengan mencampur semua bahan baku dengan air. Setelah itu, dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancurkan tadi dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.

Metode Contoh :
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat dilihat dari munculnya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi, seperti e-government, ecommerce, e-education, e-medicine, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan teknologi.

Metode Sebab-akibat/Akibat-sebab :
►Sebab-akibat
Kasus kerusuhan Batam lebih banyak dipicu oleh perlakuan diskriminatif terhadap pekerja Indonesia. Dikatakan diskriminatif karena upah yang tidak sama antara pekerja Indonesia dan tenaga asing dengan tugas yang sama. Selain itu, sering diperlambatnya pembayaran upah serta berlarut-larut menyelesaikan persoalan berkaitan dengan buruh. Akibatnya, pekerja Indonesia menjadi mudah emosi dan puncaknya adalah terjadinya kerusuhan tersebut.
►Akibat-sebab
Dia terpaksa tidak masuk sekolah hari ini. Sudah beberapa hari ibunya sakit. Ayahnya yang dinanti-nantikan
kedatangannya dari Jakarta, belum tiba. Adik-adiknya yang masih kecil tidak ada yang menjaga.

Metode Umum-khusus :
(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakannya.

Metode Khusus-umum :
(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipreteli. (2) namun setiap usaha itu gagal. (3) Betapapun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Hal ini menjadi bukti yang meyakinkan kita bahwa Pancasila memang benar-benar sakti.

Metode Klasifikasi :
Indonesia disebut sebagai negara dengan perekonomian paling korup di Asia, dengan skor 8,32. Indikasi tersebut berasal dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi Risiko Politik dan Ekonomi (PERC). Tempat kedua diduduki oleh Thailand skor 7,63. Kamboja menempati tempat ketiga dengan skor 7,25, diikuti India dengan skor 7,21 dan Vietnam, 7,11. Philipina yang disebut sebagai negara terkorup tahun 2008 berhasil menurunkan skornya menjadi 7 dan berada di tempat keenam.

Metode Perbandingan :
Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas 4 baris. Pada syair, keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada barus ke-3 dan ke-4. Pantun berasal dari Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab

Sumber :
* Slide Materi Pert-9 Bu.Diah ..

Resume B.Indonesia Pertemuan 8

***ALINEA / PARAGRAF***

Pertemuan 8

Alinea atau paragraf: penuangan ide atau gagasan penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain berkaitan dan hanya memiliki satu topik atau tema.

Syarat Paragraf :
  1. KESATUAN = Setiap paragraf sebaiknya mengandung satu gagasan pokok.
  2. KOHERENSI = Setiap paragraf harus merupakan suatu kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara padu, tidak berdiri sendiri atau terlepas satu dengan yang lainnya.
  3. KELENGKAPAN = Berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik.
Unsur-Unsur Paragraf :
1. Topik/ tema/ gagasan utama/ gagasan inti/ pokok pikiran
2. Kalimat utama
3. Kalimat penjelas
4. Judul (kepala karangan).
Syarat suatu judul :
a. Provokatif (menarik)
b. Berbentuk frase
c. Relevan (sesuai dengan isi)
d. Logis
e. Spesifik

Ciri-Ciri Kalimat Topik :
* Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut;
* Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
* Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;
* Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambungan.
Ciri-Ciri Kalimat Utama :
Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti berikut ini :
• Sebagai keseimpulan ....
• Yang penting ....
• Jadi, ...
• Dengan demikian, ....
• Intinya ...
• Pada dasarnya ....
Ciri-Ciri Kalimat Penjelas Umumnya berisikan :
• Contoh-contoh
• Peristiwa ilustratif
• Uraian-uraian kecil
• Kutipan-kutipan, dan
• Gambaran-gambaran yang sifatnya parsial.


Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokok, alinea terbagi dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
1. Deduktif : kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada awal alinea.
2. Induktif : kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada akhir alinea.
3. Variatif : kalimat utama diletakkan pada awal dan diulang pada akhir alinea.
4. Deskriptif atau naratif : kalimat utama termuat dalam seluruh alinea.
Berdasarkan menurut sifat isinya :
1. Alinea Persuasif
2. Alinea Argumentatif
3. Alinea Naratif
4. Alinea Deskriptif
5. Alinea Ekspositoris
Berdasarkan menurut fungsinya dalam karangan :
1. Alinea Pembuka
2. Alinea Pengembang
3. Alinea Penutup

Jenis-Jenis Karangan :
  1. Eksposisi : berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
    Contoh : Membaca intensif merupakan kegiatan membaca secara teliti atau membaca secara seksama, bacaan berupa teks. Tujuan membaca dengan cara ini untuk mendapatkan pemahaman isi bacaan secara tepat dan rinci. Misalnya untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan. 
  2. Argumentasi : bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
    Contoh : Air yang tergenang seperti di kaleng-kaleng dan selokan harus dibersihkan. Air yang tergenang itu tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di genangan air tersebut. 
  3. Deskripsi : berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
    Contoh : Malam itu indah sekali. Bintang-bintang di langit berkerlap-kerlip memancarkan cahaya. Udara dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik mengusik sepinya malam. 
  4. Persuasi : karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
    Contoh : Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras, sehingga perlu pengolahan dan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan. 
  5. Narasi : karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
    Contoh : Andi terkejut melihat neneknya tiba-tiba datang. Ia langsung saja menjerit sekencangnya. Tak disangka neneknya marah dan memukul kepalanya dengan tongkat kecil yang selalu dibawanya.
Contoh Alinea Persuasif :
Hadir sebagai ponsel bisnis, E72 tampil elegan dan sarat teknologi. Didukung oleh OVI services, Nokia E72 memiliki berbagai feature untuk mendukung berbagai keperluan bisnis dan kerja Anda. Seluruh handset Nokia tidak hanya hadir dengan spesifikasi hardware yang tinggi, namun juga berbagai feature dan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dengan begitu banyak feature bisnis yang disuguhkan, tidak salah apabila Nokia E72 menjadi pilihan bagi Anda yang sering berkomunikasi menggunakan e-mail dan
online messaging.

Contoh Alinea Deskriptif :
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri adalah tempat para penjual buah. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang daging sapi dan daging ayam.

Contoh Alinea Ekspositoris :
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter kain untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besar uang yang masuk ke kas DKI Jakarta yang berasal dari Pasar Tanah Abang.

Contoh Alinea Argumentatif :
Dalam rangka menghadapi isu perlambatan perekonomian dunia, pemerintah Indonesia melakukan beberapa hal agar pertumbuhan perekonomian tetap terjaga dengan baik. Salah satu yang diubah dalam APBN-P 2012 yaitu dengan cara mengubah angka subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut dilakukan pemerintah untuk merespons harga minyak dunia yang sudah melambung
tinggi melebihi asumsi harga minyak ICP sebesar USD90 per barel, serta untuk menjaga keberlangsungan sumber daya minyak di Indonesia. Untuk itulah pemerintah berharap masyarakat dapat memahami kenaikan harga BBM yang mau tidak mau harus dilakukan oleh pemerintah.

Sumber :
* http://peperonity.com/go/sites/mview/bahasa-indonesia/17750098
* Slide Materi Pert-8 Bu.Diah ..

Sabtu, 07 April 2012

Resume B.Indonesia Pertemuan 6

KEVARIASIAN

Keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari kevariasiannya. Kevariasiannya secara tidak langsung berdampak pada kesalahan, tetapi lebih berdampak pada ketepatan, gaya atau keindahan. Kevariasian dapat menghindarkan seorang pembaca atau pendengar dari kebosanan. Artinya seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang bervariasi.
Soedjito (1988) membedakan variasi berdasarkan urutan kalimat dan jenis kalimat. Yang dimaksud dengan variasi urutan adalah urutan unsur-unsur fungsi yang berbeda. Berbeda urutan yang dimaksud adalah urutan biasa dan urutan inversi.

A. Kalimat Bervariasi Urutan
Secara umum kebanyakan kalimat dalam bahasa Indonesia berurutan Subjek-Predikat (S-P). Jika ada objek dan keterangan (S-P-O-K). Dengan urutan seperti itu, berarti S terdapat pada awal kalimat, P di belakangnya.
Untuk menhindari kebosanan atau kejenuhan pembaca atau pendengar, pembicara atau penulis yang baik menggunakan urutan yang berbeda dengan urutan S-P-O-K. Urutan yang dipilih diantaranya adalah urutan kalimat yang dimulai dengan menempatkan P atau K pada awal kalimat.
Contohnya:
(1) Pemuda itu bekerja dengan tekun.
S P
(1a) Bekerja dengan tekun pemuda itu.
P S
Kalimat (1) adalah kalimat yang tersusun biasa, yakni S-P. Kalimat (1a) adalah kalimat yang tersusun inversi, yakni P-S. Kalimat yang berstruktur biasa objek kalimat berada pada paling awal. Karena dalam bahasa indonesia lazimnya subjek terdapat pada awal kalimat, tidak terasa adanya penonjolan pada komponen subje. Hal ini berbeda jika yang terdapat pada awal kalimat komponen selain subjek, misalnya kalimat (1a). Komponen yang terdapat pada awal kalimat (1a) terasa lebih menonjol dibandingkan dengan komponen lainnya. Pada kalimat (1a) predikat bekerja dengan tekun terasa lebih ditonjolkan dibandingkan dengan S.

B. Penyusunan Variasi Berdasarkan Urutan
Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan.
1. Keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya.
Keterangan ini bisa ditempatkan di awal, di tengah, atau pada akhir kalimat. Keterangan kalimat adalah komponen kalimat yang biasa diidentifikasi cara mengenai kategorinya. Kategori frase preposisional pada umunya menempatkan fungsi keterangan. Walaupun tidak dapat dipastikan.

Contoh:
1. Ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung kemarin.
S P Kw
2. Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
Pada kalimat (1) dan (2) mendapat keterangan kalimat. Pada kalimat (1) mendapat keterangan waktu kemarin. Keterangan itu bisa ditempatkan di depan S seperti pada kalimat (1a) atau di belakang S sebagaimana tempat pada kalimat (1b).
(1a) Kemarin ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung.
Kw S P
(1b) Ujian skripsi mahasiswa itu kemarin berlangsung.
S K P
Keterangan yang terdapat pada kalimat (2) adalah keterangan tempat (Kt). Antara dua keterangan itu letaknya bisa dipertukarkan. Perhatikan kalimat (2a) dan (2b).
(2a) Tadi pagi adiknya membantu ibu di toko.
Kw S P O Kt
(2b) Di toko adiknya membantu ibu tadi pagi.
Kw S P O Kt
2. Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan
Objek dengan predikat memiliki ikatan yang sangat erat. Oleh karena itu, antara keduanya tidak dapat dipisahkan atau dipindahkan tempatnya. Pemindahan objek harus selalu diikuti dengan pemindahan predikat. Artinya, jika objek akan dipindahkan bagian awal kalimat, tetap harus dibelakang predikat.
Contoh pada kalimat berikut.
(1) Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
(1a) Adiknya ibu membantu di toko tadi pagi.
S O P Kt Kw
(1b) Adiknya membantu di toko ibu tadi pagi.
S P Kt O Kw
(1c) Adiknya membantu di toko tadi pagi ibu?
S P Kt Kw O
3. Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan.
Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang 1 dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan sebab keduanya merupakan paduan unsur yang sangat kuat.
Perhatikan kalimat berikur.
(1) Baju yang bagus itu kami sudah beli untuk ayah.
(1a) Baju yang bagus itu sudah kami beli untuk ayah.
(2) Bunga yang indah-indah itu saya sebaiknya bawa ke rumah temanku.
(2a) Bunga yang indah-indah itu sebaiknya saya bawa ke rumah temanku.
4. Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya).
Diinversikan artinya dibalik strukturnya dari SP menjadi PS, sedangkan diprolepsikan berarti digeser ke depan. Predikat yang berupa kata kerja rangkap artinya predikat yang terdiri atas dua kata, misalnya dapat membaca, pandai berbicara, terampil bekerja.
Contohnya pada kalimat.
(1) Joko dapat membaca puisi.
S P O
Kalimat (1) dapat divariasi menjadi kalimat (1a) dan (1b). Variasi (1a) dilakukan dengan cara menginversikan kalimat (1), sedangkan variasi (1b) dilaksanakan dengan cara menginversikan dan memprolepsiskan kalimat (1). Adapau variaasi (1c) terjadi karena prolepsis.
(1a) Dapat membaca puisi Joko
P O S
(1b) membaca puisi Joko dapat
P O S Modalitas
(1c) Joko membaca puisi dapat
S P P Modalitas
5. Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya
Keterangan subjek (S) adalah keterangan yang menerangkan fungsi subjek. Keterangan ini letaknya harus di belakang subjek; tidak bisa dipindahkan ke depan subjek (S) atau ke belakang predikat (P).

Contoh:
1. Mahasiswi yang berjilbab hijau itu sedang membaca novel di taman.
S Ket. S P O K. T
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. S ke bagian akhir kalimat (1a) atau pun ke depan subjek (1b).
(1a) Mahasiswi sedang membaca novel di taman yang berjilbab hijau itu.
(1b) Yang berjilbab hijau itu mahasiswi sedang membaca novel di taman
6. Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya
Objek (O) adalah salah satu fungsi yang terdapat pada kalimat aktif transitif yang letaknya yang letaknya di belakang verba aktif transitif. Verba aktif transitif adalah verba yang berimbuhan meN-. Keterangan O adalah bagian kalimat yang menjelaskan atau menerangkan unsur O. Keterangan O terletak di belakang O dan tidak boleh dipindahkan tempatnya, baik ke depan O, P, maupun ke depan S.
Contoh:
Polisi sedang menolong orang- orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
S P O Ket. O
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. O ke depan O, P, maupun ke depan S.
Polisi sedang menolong yang mengalami kecelakaan lalu lintas orang- orang.
Polisi yang mengalami kecelakaan lalu lintas sedang menolong orang- orang.
Yang mengalami kecelakaan lulu lintas polisi sedang menolong orang- orang.
 
C. Kalimat Berdasarkan Aktif-pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan MeN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai denagn penggunaan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja, misalnya dibawa, dibeli, tertangkap, terjatuh.
Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimta yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalaimat pasif.

Contoh:
Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik. Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keratonpada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa. Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup ynag berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan. Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut (Hoed, dalam Markhamah, 2008: 80)
Wacana di atas terdiri atas lima kalimat. Kalimat-kalimat yang dimaksud adalah kalimat (1) – (5).
(1) Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik.
(2) Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keraton pada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
(3) Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup yang berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
(4) Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami.
(5) Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut.
Pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Hal ini dapat dilihat pada kaliamt (1) – (5) yang sebagian besar diisi oleh kalimat aktif. Kalimat (2), kalimat intinya kalimat nomina, namun di dalamnya terdapat klausa-klausa pengisi objek yang berupa klausa aktif, yakni sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
Kalimat yang di dalamnya terdapat klausa pasif adalah kalimat (3). Klausa pasifnya adalah ada juga tembang yang digubah denagn menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
Kalimat (4) terdiri atas dua klausa pertama Tembang yang banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, dan klausa kedua sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Klausa pertama termasuk klausa aktif karena predikatnya berupa verba aktif, yakni banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi. Sementara itu klausa kedua termasuk klusa adjektival karena predikatnay diisi oleh frasa adjektiva. Walaupun pada klausa kedua terdapat verba pasif, yakni dipahami, namun verba tersebut tidak berkedudukan sebagai predikat.
Walaupun hanya sebagian kecil, pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Variasi demikian akan mengurangi kelelahan pembaca/ mengurangi kejenuhan pembaca. Pembaca akan merasa lebih enak membaca tes yang bervariasi daripada teks yang monoton.
 
Sumber : http://nengofie.blogspot.com/2011/11/variasi-kalimat-berdasarkan-urutan-dan.html

Resume B.Indonesia Pertemuan 4 & 5

KALIMAT EFEKTIF 1 & 2

• Kalimat efektif ialah kalimat yang benar, jelas, dan mempunyai makna yang mudah dipahami oleh pembaca secara tepat.
 Ciri-ciri kalimat efektif:
1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA
• Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
• Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
• Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.
• Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.

BEBERAPA CIRI KESEPADANAN
• Mempunyai struktur jelas.
• Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
• Tidak terdapat subjek ganda.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan
• Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.
• Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat
Mestinya…
• Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
• Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.


2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK
• Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
• Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
• Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh Kepararelan:
1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar

3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
• Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
• Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
􀂄 Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
􀂄 Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
– Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
– Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
– Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
– Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
– Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
– Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah

4. KEHEMATAN KATA
􀂄 Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi  kata menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
􀂄 Menghilangkan pengulangan subyek
􀂄 Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
􀂄 Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
􀂄 Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
  1. Contoh Menghilangkan pengulangan subyek
􀂄 Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya menggilangkan kata ia
  1. Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
􀂄 Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah
Mestinya menggilangkan kata warna
  1. Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
􀂄 Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya menggilangkan kata ke atas
Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
􀂄 Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

5.KESATUAN GAGASAN
􀂄 Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
􀂄 Contoh:
􀂄 Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

6.KELOGISAN
􀂄 Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
􀂄 Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
􀂄 Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
􀂄 Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.

Sumber : suhandiah.ppt.bahasa indonesia

Resume B.Indonesia Pertemuan 3

SPOK (Struktur Kalimat)

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.

TATA KALIMAT
A. Frase
     Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya prase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
laki bini belajar atau bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata
nominal
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan
kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan
predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat

C. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.Adik minum susu.Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-PS-P-OS-P-O-K
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
S P O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) Hanya terdiri atas dua kata
2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada.
Kiki pergi
Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1. kontaminasi= merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. tidak memiliki subjek
contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
5. salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. kesalahan pembentukan kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. pengaruh bahasa daerah
sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
.
D. Konjungsi
Konjungsi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjungsi antarklausa
    a. Yang sederajat: dan, atau, tetapi, lalu, kemudian.
    b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, meskipun, jika, apabila.
2. Konjungsi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjungsi antarparagraf: selain itu, adapun, namun.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
  • Ciri-Ciri Subjek
    • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
      Contoh :
    • Juanda memelihara binatang langka
      Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan memelihara adalah ) Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
    • Meja itu dibeli oleh paman.
      Apa dibeli ? = jawab Meja
      Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
      Contoh : Anak itu mengambil bukuku
      S P
  • Ciri-Ciri Predikat
    • Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
    • Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
    • Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
    • Kata Adalah atau Ialah
    • Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama   digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
    • Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
    • Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
  • Ciri-Ciri Objek
    • Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
    • Langsung di Belakang Predikat
    • Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
    • Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
    • Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
    • Didahului kata Bahwa
    • Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
  • Ciri-Ciri Pelengkap
    • Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
    • Di Belakang Predikat
    • Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
      a) Diah mengirimi saya buku baru.
      b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
    • Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
    • Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
      Contoh :
      a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
      Kata parang adalah pelengkap.
      Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
      b. Budi membaca buku.
      Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat menempati Subyek)
  • Ciri-Ciri Keterangan
    • Ciri keterangan adalah dapat dipindah – pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
    • Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
      S P O K
    • Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
    • Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
    • Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
Sumber :
  • http://sitompulke17.wordpress.com/2009/11/03/struktur-kalimat-bahasa-indonesia/