KEVARIASIAN
Keefektifan kalimat, selain dilihat dari
ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat
dari kevariasiannya. Kevariasiannya secara tidak langsung berdampak
pada kesalahan, tetapi lebih berdampak pada ketepatan, gaya atau
keindahan. Kevariasian dapat menghindarkan seorang pembaca atau
pendengar dari kebosanan. Artinya seseorang dalam berkomunikasi
dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang
bervariasi.
Soedjito (1988) membedakan variasi berdasarkan
urutan kalimat dan jenis kalimat. Yang dimaksud dengan variasi urutan
adalah urutan unsur-unsur fungsi yang berbeda. Berbeda urutan yang
dimaksud adalah urutan biasa dan urutan inversi.A. Kalimat Bervariasi Urutan
Secara umum kebanyakan kalimat dalam bahasa Indonesia berurutan Subjek-Predikat (S-P). Jika ada objek dan keterangan (S-P-O-K). Dengan urutan seperti itu, berarti S terdapat pada awal kalimat, P di belakangnya.
Untuk menhindari kebosanan atau kejenuhan pembaca atau pendengar, pembicara atau penulis yang baik menggunakan urutan yang berbeda dengan urutan S-P-O-K. Urutan yang dipilih diantaranya adalah urutan kalimat yang dimulai dengan menempatkan P atau K pada awal kalimat.
Contohnya:
(1) Pemuda itu bekerja dengan tekun.
S P
(1a) Bekerja dengan tekun pemuda itu.
P S
Kalimat (1) adalah kalimat yang tersusun biasa, yakni S-P. Kalimat (1a) adalah kalimat yang tersusun inversi, yakni P-S. Kalimat yang berstruktur biasa objek kalimat berada pada paling awal. Karena dalam bahasa indonesia lazimnya subjek terdapat pada awal kalimat, tidak terasa adanya penonjolan pada komponen subje. Hal ini berbeda jika yang terdapat pada awal kalimat komponen selain subjek, misalnya kalimat (1a). Komponen yang terdapat pada awal kalimat (1a) terasa lebih menonjol dibandingkan dengan komponen lainnya. Pada kalimat (1a) predikat bekerja dengan tekun terasa lebih ditonjolkan dibandingkan dengan S.
B. Penyusunan Variasi Berdasarkan Urutan
Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan.
1. Keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya.
Keterangan ini bisa ditempatkan di awal, di tengah, atau pada akhir kalimat. Keterangan kalimat adalah komponen kalimat yang biasa diidentifikasi cara mengenai kategorinya. Kategori frase preposisional pada umunya menempatkan fungsi keterangan. Walaupun tidak dapat dipastikan.
Contoh:
1. Ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung kemarin.
S P Kw
2. Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
Pada kalimat (1) dan (2) mendapat keterangan kalimat. Pada kalimat (1) mendapat keterangan waktu kemarin. Keterangan itu bisa ditempatkan di depan S seperti pada kalimat (1a) atau di belakang S sebagaimana tempat pada kalimat (1b).
(1a) Kemarin ujian skripsi mahasiswa itu berlangsung.
Kw S P
(1b) Ujian skripsi mahasiswa itu kemarin berlangsung.
S K P
Keterangan yang terdapat pada kalimat (2) adalah keterangan tempat (Kt). Antara dua keterangan itu letaknya bisa dipertukarkan. Perhatikan kalimat (2a) dan (2b).
(2a) Tadi pagi adiknya membantu ibu di toko.
Kw S P O Kt
(2b) Di toko adiknya membantu ibu tadi pagi.
Kw S P O Kt
2. Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan
Objek dengan predikat memiliki ikatan yang sangat erat. Oleh karena itu, antara keduanya tidak dapat dipisahkan atau dipindahkan tempatnya. Pemindahan objek harus selalu diikuti dengan pemindahan predikat. Artinya, jika objek akan dipindahkan bagian awal kalimat, tetap harus dibelakang predikat.
Contoh pada kalimat berikut.
(1) Adiknya membantu ibu di toko tadi pagi.
S P O Kt Kw
(1a) Adiknya ibu membantu di toko tadi pagi.
S O P Kt Kw
(1b) Adiknya membantu di toko ibu tadi pagi.
S P Kt O Kw
(1c) Adiknya membantu di toko tadi pagi ibu?
S P Kt Kw O
3. Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan.
Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang 1 dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan sebab keduanya merupakan paduan unsur yang sangat kuat.
Perhatikan kalimat berikur.
(1) Baju yang bagus itu kami sudah beli untuk ayah.
(1a) Baju yang bagus itu sudah kami beli untuk ayah.
(2) Bunga yang indah-indah itu saya sebaiknya bawa ke rumah temanku.
(2a) Bunga yang indah-indah itu sebaiknya saya bawa ke rumah temanku.
4. Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya).
Diinversikan artinya dibalik strukturnya dari SP menjadi PS, sedangkan diprolepsikan berarti digeser ke depan. Predikat yang berupa kata kerja rangkap artinya predikat yang terdiri atas dua kata, misalnya dapat membaca, pandai berbicara, terampil bekerja.
Contohnya pada kalimat.
(1) Joko dapat membaca puisi.
S P O
Kalimat (1) dapat divariasi menjadi kalimat (1a) dan (1b). Variasi (1a) dilakukan dengan cara menginversikan kalimat (1), sedangkan variasi (1b) dilaksanakan dengan cara menginversikan dan memprolepsiskan kalimat (1). Adapau variaasi (1c) terjadi karena prolepsis.
(1a) Dapat membaca puisi Joko
P O S
(1b) membaca puisi Joko dapat
P O S Modalitas
(1c) Joko membaca puisi dapat
S P P Modalitas
5. Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya
Keterangan subjek (S) adalah keterangan yang menerangkan fungsi subjek. Keterangan ini letaknya harus di belakang subjek; tidak bisa dipindahkan ke depan subjek (S) atau ke belakang predikat (P).
Contoh:
1. Mahasiswi yang berjilbab hijau itu sedang membaca novel di taman.
S Ket. S P O K. T
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. S ke bagian akhir kalimat (1a) atau pun ke depan subjek (1b).
(1a) Mahasiswi sedang membaca novel di taman yang berjilbab hijau itu.
(1b) Yang berjilbab hijau itu mahasiswi sedang membaca novel di taman
6. Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya
Objek (O) adalah salah satu fungsi yang terdapat pada kalimat aktif transitif yang letaknya yang letaknya di belakang verba aktif transitif. Verba aktif transitif adalah verba yang berimbuhan meN-. Keterangan O adalah bagian kalimat yang menjelaskan atau menerangkan unsur O. Keterangan O terletak di belakang O dan tidak boleh dipindahkan tempatnya, baik ke depan O, P, maupun ke depan S.
Contoh:
Polisi sedang menolong orang- orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
S P O Ket. O
Kalimat di atas tidak dapat divariasikan dengan cara memidahkan Ket. O ke depan O, P, maupun ke depan S.
Polisi sedang menolong yang mengalami kecelakaan lalu lintas orang- orang.
Polisi yang mengalami kecelakaan lalu lintas sedang menolong orang- orang.
Yang mengalami kecelakaan lulu lintas polisi sedang menolong orang- orang.
C. Kalimat Berdasarkan Aktif-pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan MeN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai denagn penggunaan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja, misalnya dibawa, dibeli, tertangkap, terjatuh.
Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimta yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalaimat pasif.
Contoh:
Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik. Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keratonpada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa. Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup ynag berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan. Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut (Hoed, dalam Markhamah, 2008: 80)
Wacana di atas terdiri atas lima kalimat. Kalimat-kalimat yang dimaksud adalah kalimat (1) – (5).
(1) Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik.
(2) Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keraton pada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
(3) Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup yang berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
(4) Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami.
(5) Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut.
Pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Hal ini dapat dilihat pada kaliamt (1) – (5) yang sebagian besar diisi oleh kalimat aktif. Kalimat (2), kalimat intinya kalimat nomina, namun di dalamnya terdapat klausa-klausa pengisi objek yang berupa klausa aktif, yakni sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
Kalimat yang di dalamnya terdapat klausa pasif adalah kalimat (3). Klausa pasifnya adalah ada juga tembang yang digubah denagn menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
Kalimat (4) terdiri atas dua klausa pertama Tembang yang banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, dan klausa kedua sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Klausa pertama termasuk klausa aktif karena predikatnya berupa verba aktif, yakni banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi. Sementara itu klausa kedua termasuk klusa adjektival karena predikatnay diisi oleh frasa adjektiva. Walaupun pada klausa kedua terdapat verba pasif, yakni dipahami, namun verba tersebut tidak berkedudukan sebagai predikat.
Walaupun hanya sebagian kecil, pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Variasi demikian akan mengurangi kelelahan pembaca/ mengurangi kejenuhan pembaca. Pembaca akan merasa lebih enak membaca tes yang bervariasi daripada teks yang monoton.
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba aktif. Verba aktif adalah verba yang berimbuhan MeN- yang bisa diikuti oleh objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti verba aktif transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah verba yang secara morfologis ditandai denagn penggunaan afiks di-, ter-, atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja, misalnya dibawa, dibeli, tertangkap, terjatuh.
Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimta yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalaimat pasif.
Contoh:
Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik. Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keratonpada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa. Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup ynag berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan. Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut (Hoed, dalam Markhamah, 2008: 80)
Wacana di atas terdiri atas lima kalimat. Kalimat-kalimat yang dimaksud adalah kalimat (1) – (5).
(1) Ringkasnya, tembang adalah sebuah genre penting dalam puitika Jawa klasik.
(2) Berbagai tembang yang ditulis oleh pujangga keraton pada abad ke- 19 (terutama Kasunanan dan Mangkunegaran, Surakarta) merupakan sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan, dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
(3) Tentu saja tidak semua berisi filsafat hidup yang berat: ada juga tembang yang digubah dengan menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
(4) Tembang yang berta banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami.
(5) Setiap jenis tembang memiliki jenis metrumnya sendiri, sebagai pedoman mengubah dan melagukan tembang tersebut.
Pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Hal ini dapat dilihat pada kaliamt (1) – (5) yang sebagian besar diisi oleh kalimat aktif. Kalimat (2), kalimat intinya kalimat nomina, namun di dalamnya terdapat klausa-klausa pengisi objek yang berupa klausa aktif, yakni sarana untuk mengungkapkan, mengajarkan dan mengukuhkan filsafat hidup Jawa.
Kalimat yang di dalamnya terdapat klausa pasif adalah kalimat (3). Klausa pasifnya adalah ada juga tembang yang digubah denagn menitikberatkan nilai-nilai hiburan.
Kalimat (4) terdiri atas dua klausa pertama Tembang yang banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi, dan klausa kedua sehingga makananya tidak selalu mudah untuk dipahami. Klausa pertama termasuk klausa aktif karena predikatnya berupa verba aktif, yakni banyak menggunakan kosakata Kawi dan aliterasi. Sementara itu klausa kedua termasuk klusa adjektival karena predikatnay diisi oleh frasa adjektiva. Walaupun pada klausa kedua terdapat verba pasif, yakni dipahami, namun verba tersebut tidak berkedudukan sebagai predikat.
Walaupun hanya sebagian kecil, pada wacana di atas terdapat variasi aktif-pasif. Variasi demikian akan mengurangi kelelahan pembaca/ mengurangi kejenuhan pembaca. Pembaca akan merasa lebih enak membaca tes yang bervariasi daripada teks yang monoton.
Sumber : http://nengofie.blogspot.com/2011/11/variasi-kalimat-berdasarkan-urutan-dan.html